Dzikir Dengan Cara Berjama'ah
membaca dzikir
secara berjama'ah sunguh tidaklah bertentangan dengan ajaran agama , seperti
acara Tahlilan, istighosah dll. tidak sedikit hadits-hadits Rasulullah Saw.
yang menunjukkan keutamaan dzikir dengan cara berjamaah . Rasulullah Bersabda :
" Dari Anas ra , ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : " Apabila
kalian melewati taman surga , maka berdzikirlah bersama mereka. " mereka
bertanya : " Apa yang dimaksud taman surga wahai Rasulullah ? "
beliau Saw. menjawab " Kumpulan orang-orang yang berdzikir . " ( HR.
Ahmad dan al-Tirmidzi ).
Al-imam Ibnu Abidin berkata dalam kitabnya :
" Al- Imam al-Ghazali menyamakan dzikir sendirian dan dzikir
berjamaah dengan adzan sendirian dan adzan berjama'ah ,dimana suara adzan yang
dilakukan sekelompok orang secara berjamaah akan membelah udara melebihi suara
adzan sendirian . Demikian pula dzikir berjamaah akan lebih berpengaruh
terhadap hati seseorang dalam menyikap tabir yang menyelimuti hati, dari pada
dzikir seorang diri .
Menggunakan
Tasbih untuk Berdzikir
Dari dulu
salah satu hal yang terus bergulir di sekitar wacana Islam Nusantara adalah
perdebatan mengenai yang sunnah dan yang bid’ah. Dulu perdebatan semacam ini
bertujuan untuk mendudukkan porsi masalah tersebut pada posisi ubudiyah yang
‘benar’. Hal ini cukup menggembirakan, karena menunjukkan masih adanya semangat
keber-agama-an. Justru ketika tidak ada perdebatan itu, malah menjadi sesuatu
yang menggelisahkan. Karena itu membuktikan melemahnya semangat keberagamaan di
Indonesia, baik dikarenakan serangan globalisasi maupun firus liberalisasi.
Akan tetapi, munculnya kembali perdebatan ‘yang sunnah’ dan ‘yang bid’ah’
akhir-akhir ini merupakan fenomena lain. Karena perdebatan ini bermuara pada
kepentingan politik, bukan berniat mendudukkan sunnah bid’ah pada porsi
ubudiyah.Untuk menjaga stabilitas isu keagamaan, kali ini tim redaksi
menurunkan tulisan Gus Mus mengenai hukum menggunakan tasbih. Selanjutnya
beliau menulis bahwa:
Tasbih dalam
bahasa Arab disebut sebagai subhah atau misbahah, dalam bentuknya yang sekarang
(untaian manik-manik), memang merupakan produk ‘baru’. Sesuai namanya tasbih
digunakan untuk menghitung bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (la ilaha
illallah), dan sebagainya. Untuk zaman Rasulullah saw. untuk menghitung bacaan
dalam berdzikir digunakan jari-jari, kerikil-kerikil, biji-biji kurma atau
tali-tali yang disimpul.
رأيت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يعقد التسبيح بيمينه (رواه أبو داود)
Pernah
kulihat Nabi saw menghitung bacaan tasbih dengan tangan kanannya.
Rasulullah
saw. juga pernah menganjurkan para wanita untuk bertasbih dan bertahlil serta
menghitungnya dengan jari-jemari, sebagaimana hadis dikeluarkan oleh Ibnu
Syaiban, Abu Dawud, At-Turmudzi, dan Al-Hakim sebagai berikut:
عليكن
بالتسبيح والتهليل والتقديس واعقدن بالأنامل فإنهن مسؤلات مستنطقات ولاتغفلن
فتنسين الرحمة
Wajib atas
kalian untuk membaca tasbih, tahlil, dan taqdis. Dan ikatlah (hitungan
bacaan-bacaan itu) dengan jari-jemari. Karena sesunggunya jari-jari itu akan ditanya
untuk diperiksa. Janganlah kalian lalai (jikalau kalian lalai) pasti dilupakan
dari rahmat (Allah)
Sahabat Abu
Hurairah r.a bila bertasbih menggunakan tali yang disimpul-simpul konon sampai
seribu simpul. Sahabat Sa’ad bin Abi Waqash r.a diriwayatkan kalau bertasbih
dengan menggunakan kerikil-kerikil atau biji-biji kurma. Demikian pula sahabat
Abu Dzar dan beberapa sahabat lainnya.
Memang ada
sementara ulama bahwa menggunakan jari-jemari lebih utama daripada menggunakan
tasbih. Pendapat ini didasarkan atas hadits Ibnu Umar yang sudah disebutkan di
atas. Namun dari segi maknanya(untuk sarana menghitung), saya pikir kedua cara
itu tidak berbeda.
Dari sisi
lain, untuk menghitung tasbih dan tahlil, sebenarnya tasbih mempunyai manfaat
utamanya bagi kita yang hidup di zaman sibuk ini. Dengan membawa tasbih,
seperti kebiasaan orang-orang Timur Tengah (di sana tasbih merupakan assesori
macam cincin dan kacamata saja), sebenarnya kita bisa selalu atau sewaktu-waktu
diingatkan untuk berdziki mengingat Allah. Artinya, setiap kali kita diingatkan
bahwa yang ada di tangan kita adalah alat untuk berdzikir, maka besar
kemungkinan kita pun lalu berdzikir.
Komentar
Posting Komentar